GAYA PENDIDIKAN MILITAN VAN LITH
Oleh Br. F.A. Agus Sekti S.A., FIC
Pengantar
Merujuk pada kata militan mempunyai pengertian adalah bersemangat tinggi atau membina suatu organisasi diperlukan orang-orang yang penuh pengabdian. Penggunaan istilah tersebut di atas sering disalahgunakan atau disalahartikan dalam prakatiknya. Bahkan kata militan sendiri ahkir-ahkir ini sering menjadi momok atau kekawatiran bagi banyak orang. Bagaimana hal tersebut tidak menjadi suatu yang mengkawatirkan jika akar dari pola pendidikan yang mengarah pada istilah militan menimbulkan bencana permusuhan, penghancuran, dan lain sebagainya. Kita dapat mengambil contoh yaitu peledakan bom di Indonesia dan kawasan Asia Tenggara ditengerai dari orang-orang yang menamakan diri sebagai militan dari kelompok tertentu. Disamping itu pula istilah militan nampak dalam perubahan fisik atau atribut-atribut yang melekat pada diri seseorang misal: berjambang pendek, bersorjan, berikat kepala, dan lain sebagainya. Oleh karena itu jelaslah bahwa istilah militan sering dipelintir dan digunakan sebagai istilah yang negatif.
Bapak Uskup Agung Semarang Mgr. Ignatius Suharyo, Pr. dalam pertemuan para religius se-Muntilan pernah mengatakan bahwa militan bagi gereja di jaman sekarang mempunyai tiga pilar yang harus diusahakan, ketiganya antara lain; sehat fisik, motivasi, dan inspiratif. Ketiga pilar tersebut kiranya menjadi satu kesatuan dalam diri seseorang yang mau mengatakan dirinya sebagai militan gereja dalam kancah dunia. Disamping itu pula Beliau juga mengatakan bahwa SMA PL Van Lith Muntilan merupakan tempat dimana para calon militan-militan gereja sedang dipersiapkan. Gereja patut bangga atas peran umat. Peran dalam hal ini adalah para religius dan awam yang tertarik untuk mempersiapkan generasi-generasi pelindung Gereja di masa yang akan datang. Gereja kiranya patut bersyukur bahwa Rm. Van Lith, SJ dan Para Bruder FIC telah memulai cita-cita luhurnya demi masa depan Gereja di Indonesia, paparnya.
Militan Gaya Van Lith
Gaya pendidikan ala Van Lith pada dasarnya tidak mengedepankan sikap radikalisme yang brutal dalam menyikapi perkembangan jaman. Radikalisme yang mempunyai pemahaman sebagai paham adanya keinginan untuk melakukan perubahan dan pembaharaun dengan cara yang drastis itu dipahami sebagai perubahan akan adanya rasa cinta pada Yesus sebagai Tuhan-Nya dan Gereja yang harus disatukan dalam hidup masyarakat luas. Oleh karena itu pola yang ditekankan untuk memenuhi tiga pilar militan seperti diharapkan oleh Bapak Uskup Agung Semarang maka dibuatlah Visi dan Misi SMA PL Van Lith. Visi SMA Van Lith adalah semangat Kerajaan Allah yang berintikan keselamatan bagi semua orang terutama yang menderita dan terlupakan yang diharapkan menjadi kenyataan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Semangat tersebut diharapkan merasuki seluruh dimensi kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Dalam usaha untuk mewujudkannya terbuka untuk bekerja sama dengan semua saudara yang berkehendak baik. Adapun Misinya adalah: mendampingi kaum muda dengan mendahulukan yang miskin, melalui pendidikan sekolah berasrama. Proses pendidikan tersebut memadukan unsur-unsur pendidikan formal, informal dan non formal yang mencakup segi-segi religiositas, humanitas, sosialitas, dan intelektualitas. Pencapaiannya dilakukan dengan cara yang luwes dalam suasana persauadaraan sejati yang saling asih, asah dan asuh. Visi dan misi tersebut diatas merupakan idealisme yang terus diperjuangkan oleh semua komponen Van Lith demi cita-cita luhurnya.
Tiga Pilar Militan Gereja dalam Era Zaman Baru
Gereja senantiasa berharap pada generasi penerus untuk terus-menerus membangun diri demi mempertahankan tradisi suci yang mempunyai nilai religi besar di kancah percaturan dunia yang makin meresahkan ini. Maka benarlah apa yang diharapkan oleh Bapak Uskup Semarang bahwa dunia akan kuat jika tiga pilar militan dapat disatukan dalam jiwa generasi kaum muda jaman sekarang. Ketiga pilar tersebut dapat dipahami sebagai berikut.
1. Sehat fisik
kita dikatakan dapat bekerja, berfikir dalam melakukan aktivitas apabila didukung dengan adanya kemampuan fisik yang baik. Fisik yang baik berarti bahwa kita harus terus menerus mengusahakan beberapa kebutuhan yang diperlukan. Kebutuhan tersebut melalui 4 sehat lima sempurna, olah raga teratur, dan hidup sesuai kaidah-kaidah yang ada.
2. Motivasi
Menurut Martin Handoko, FIC dalam buku “ Motivasi Daya Penggerak Tingkah Laku “ mengatakan bahwa motivasi merupakan suatu dorongan atau tenaga dalam diri manusia, yang menimbulkan, mengarahkan dan mengorganisasikan tingkah laku. Sedangkan motif dari asal kata dasarnya mempunyai pemahanan adalah dorongan yang menyebabkan seseorang berbuat sesuatu tindakan atau sikap tertentu. Semua pemikiran tersebut di atas dapat terwujud jika diadakan latihan tentang kedisiplinan pada diri kita. Disiplin memang sangat perlu jika orang mau berkembang dan maju. Kita menyadari bahwa waktu dalam sehari berjumlah 24 jam. 24 jam akan mempunyai makna serta keberuntungan jika kita jeli dan peka dalam memanfaatkannya. Apalagi kita semua mengetahui bahwa waktu yang telah berlalu tak akan pernah kembali lagi. Kemudian bagaimana kita akan mengisi hal itu, dan itulah pertanyaan reflektif kita tentunya.
SMA Van Lith berkaitan dengan adanya latihan kedisiplinan diusahakan dengan cara aneka macam pelatihan antara lain: menepati jadwal kegiatan yang sudah ditentukan, menentukan target nilai, konsekuensi atas keputusan bersama dan lain-lain. Adapun tingkat keberhasilannya dapat diamati melalui perubahan dalam bersikap, pola hidup harian, serta konsep berfikir atas perkembangan hidup.
Ada orang mengatakan bahwa waktu adalah emas. Hal tersebut memang benar sebab waktu pada dasarnya merupakan kesempatan bagi seseorang untuk menentukan arah masa depan yang ditentukan sendiri. Penentuan keberhasilan dalam diri seseorang akan dapat diperoleh melalui perjuangan yang tiada henti dan terus menerus diusahakan. Kesadaran akan jiwa calon seorang pemimpin awam yang ditanamkan oleh pola pendidikan SMA Van Lith hendaknya menjadi milik dan menyatu dalam diri peserta dan pembimbing.
3. Inspiratif
Pemahaman inspiratif tandas Bapak Uskup lebih ditekankan pada pengolahan hidup rohani yang tepat sehingga mampu mempengaruhi hidup manusia. Pengaruh tersebut dapat diperoleh dengan bentuk kegiatan keimanan seperti yang digeluti di SMA Van Lith. Kegitan tersebut meliputi; doa bersama, doa pribadi, disksusi Ajaran Sosial Gereja (ASG), RPK (Remaja Pencinta Kristus), Legio, doa Karismatik, katekese dan lain sebagainya.
Semua bentuk kegiatan di atas pada dasarnya merupakan persiapan dimana SMA Van Lith ingin menciptakan kader-kader Gereja yang mempunyai ahklak keimanan yang memadai. Iman yang cukup berarti bahwa kita mampu menggali dan mengembangkan seoptimal mungkin potensi masing-masing orang untuk membagikan kesejahteraan, meningkatkan rasa persaudaraan, mengembangkan budaya dialog dan refleksi di lingkungan hidup maupun karya kerasulan.
Kesadaran akan makna religi tentang kita dipanggil dan diutus untuk ikut serta dalam karya Yesus. Ia memberikan kesaksian mengenai kebenaran. Ia datang untuk melayani. Ia datang untuk menyelamatkan, dan Ia membawa amanat Kerajaan Allah, amanat cinta kasih (Kostitusi FIC art. 15) dapat menjadi idealisme setiap insan muda yang tumbuh berkembang bersama para pendamping (Bruder, Suster, Romo, Guru, dan karyawan).
Penutup
Kita semua sadar bahwa hal tersebut di atas terus menjadi perjuangan yang tiada henti. Kita hendaknya tidak mudah mengatakan bahwa tuntutan Gereja hanyalah sebuah teori, atau idealisme kosong saja, tetapi kiranya konsep itu mampu dijadikan salah satu pegangan dalam mengikuti perkembangan arus jaman. Apabila pemikiran negatif yang dikembangkan maka akan membentuk opini picik dan tak bertanggung jawab dalam diri kita.
Perutusan hidup sebagai insan gereja yang mau dan hendak meningkatkan dan mempertahankan tradisi dan martabatnya dibutuhkan persiapan dan perjuangan untuk tujuan jangka panjang. Perjuangan yang diusahakan dibutuhkan pula pengorbanan yang tidak sedikit. Dan kita semua mengetahui bahwa nilai pengorbanan sangat diharapkan oleh masyarakat dalam membangun kebersamaan.
Diakses dari www.bruderfic.or.id