Rabu, 23 Oktober 2013

Ziarah Bulan Rosario PAVALI Yogyakarta 2013 


Ayo datang dan berpartisipasilah dalam Ziarah PAVALI Yogyakarta ke Sendangsono dalam rangka bulan Rosario! 
Viva PAVALI!
Ziarah PAVALI Yogyakarta

Rabu, 16 Oktober 2013

Peran Pendidikan Moral di SMA Van Lith Muntilan



SMA Pangudi Luhur Van Lith Muntilan merupakan salah satu sekolah katolik berasrama (boarding school) bersertifkat ISO yang ada di Kabupaten Magelang. Romo Van Lith sebagai pendiri sekolah tersebut mempunyai misi memberikan pendidikan yang tinggi kepada pemuda-pemuda “Jawa/Indonesia” sehingga mereka mendapat kedudukan yang baik di masyarakat serta memberikan pendidikan kristiani. Salah satu konsep pembelajaran mereka ialah pembelajaran yang mengarah pada ilmu pengetahuan pengetahuan modern yang dibutuhkan untuk sekolah sekuler dengan cara yang religius. Misi dan visi Romo Van Lith serta perjuangannya dalam mendirikan sekolah tersebut pun menghasilkan beberapa tokoh Nasional diantaranya : Yos Sudarso, C. Simanjuntak, Mgr. Sugijapranata, Ij. Kasimo serta tokoh besar Frans Seda.

Van lith merupakan sebuah sekolah yang berbasis asrama dengan menganut nilai-nilai agama katolik dengan tanpa mengesampingkan nilai-nilai Pancasila. Unsur dari sekolah asrama tersebut yaitu berfungsi sebagai sarana pendidikan dalam membentuk perilaku sosial budaya para siswa. Peranan seorang Romo, bruder, suster maupun siswa dalam menjaga tradisi keagamaan akan membentuk gerakan sosial budaya dengan karakter keagamaan dalam kurun waktu yang lama. Sehingga nilai-nilai yang telah ditanamkan kepada siswa akan melekat dan menjadikan manusia yang baik.

Wacana moral dewasa ini adalah salah satu istilah yang boleh dikatakan sudah umum digunakan dalam sistem pendidikan. Moral merupakan sesuatu yang berkaitan dengan kemampuan menentukan benar atau salahnya tingkah laku seseorang. Dalam konteks ini pula pendidikan moral mencakup ajaran sekitar penggunaan aturan-aturan dan prinsip-prinsip meneganai keadilan dan penghargaan terhadap sesuatu yang hal tersebut membatasi kita untuk melakukan suatu perbuatan yang lebih mementingkan kepentingan pribadi dan mendahulukan kepentingan umum, komunitas atau bahkan masyarakat. Pendidikan moral umumnya lebih menunjuk kepada pengembangan konsepsi keadilan yang begitu dipengaruhi oleh pemikiran-pemikiran (Kant dalam: Rawls, 1971). Moralitas mencakup beberapa makna yang luas seperti :

  1. Tingkah laku membantu orang lain
  2. Tingkah laku yang sesuai dengan norma-norma sosial
  3. Internalisasi norma-norma sosial
  4. Timbulnya empati atau rasa salah, atau keduanya
  5. Penalaran tentang keadilan 
  6. Memperhatikan kepentingan orang lain

Menurut Lickona (1992) pendidikan karakter yang benar harus melibatkan aspek knowing the good, desiring the good, loving the good, and acting the good. Peranan dari Boarding School atau sekolah yang berbasis asrama mempunyai peran yang baik dalam proses pembentukan karakter terhadap peserta didik. Secara teoritis, keberhasilan dalam proses pendidikan moral yaitu dipengaruhi oleh ketepatan seorang guru dalam memilih dan mengaplikasikan metode-metode penanaman nilai-nilai moral. Sekolah yang berbasis asrama cenderung memiliki tata tertib atau aturan-aturan yang cukup tegas dan bersifat lebih ketat. Hal tersebut, merupakan salah satu faktor yang cukup penting dalam menjadikan manusia yang baik. Boarding School setidaknya memilki strategi pembelajaran yang lebih modern dibandingkan dengan sekolah-sekolah formal yang seperti biasanya. Untuk mewujudkan pembelajaran yang ingin dicapai khususnya dalam era modern seperti saat ini, maka dibutuhkan suatu metode pembelajaran yang modern pula. Dalam sekolah yang berbasis asrama maka siswa yang terdapat dalam sekolah tersebut lebih di didik untuk mandiri dan mendasarkan pada perbedaan individu, meningkatkan keberanian peserta didik dalam mengambil resiko dan belajar dari kesalahan. Efektivitas proses penanaman nilai-nilai budi pekerti sangat dipengaruhi oleh ketepatan metode pembelajaran yang digunakan oleh seorang guru.


Banyak kegiatan yang menarik dan dapat dikembangkan yaitu kegiatan bakti sosial di daerah terpencil, gotong royong, keeratan, dan kebersamaaan siswa dalam membangun karakter pribadi, yang paling menarik bagi saya ialah bagaimana siswa diajarkan suatu kemandirian dengan kegiatan mencari uang di masyarakat selama beberapa hari dan di sana siswa tidak hanya dituntut untuk bekerja mencari suatu penghasilan namun mereka juga diajarkan untuk melepas apa yang mereka peroleh dalam artian memberikan hasil yang mereka dapat tersebut untuk berbagi dengan orang lain lewat kegiatan seperti bakti sosial, dsb. Dari kegiatan tersebut tentu siswa akan merasakan bagaimana sultnya mencari uang dan belajar bagaimana melepas apa yang mereka dapat dengan kerja keras tersebut untuk orang lain. Dari setiap kegiatan yang ada tersebut para siswa diajak untuk merefleksikanya. Kegiatan lain ada juga rekoleksi, retret, pagelaran budaya ada seni tari gamelan ataupun karawitan, theater, vokal group, dan papala. Itulah salah satu kegiatan humaniora di sana.

Menurut beberapa siswa yang ada di sana, pengalaman yang didapat dari Boarding School terkait pendidikan moral yaitu dengan cara mencari pekerjaan sendiri dan uang yang didapat digunakan untuk belajar berbagi, jadi dapat mengerti betapa sulitnya mencari pekerjaan dan mencari uang, mendapatkan pengalaman pribadi. Pengajaran yang dilakukan oleh guru terkait pendidikan moral di SMA Van Lith sudah cukup efektif, namun maksimal atau tidaknya belum tahu karena pendidikan moral yang diperoleh masing-masing siswa akan diterapkan baik sekarang atau yang akan datang (jangka panjang), sehingga tanpa disadari moral yang diterapkan tersebut merupakan moral yang dibentuk di sekolah. Saling sapa/tegur sapa merupakan ciri khas di sekolah serta menularkan apa yang diperoleh di sekolah kepada keluarga, teman, dan masyarakat di rumah/tempat asal merupakan sikap yang patut di contoh.

Van Lith
Romo Van Lith

(Diambil dari edukasi.kompas.com dengan beberapa pengubahan)